This is an official blog of Adventurer Rural design project (ARD project), a participative village mapping and planning project that held by 3 students of Urban and Regional Planning program of Gadjah Mada University under KAYON Foundation. The project is taking place in Geluntung village, Marga, Tabanan, Bali. Mapping process is participative which involved village apparatus, youths, and kids. All written in this blog is the progress during the practical study.

Tuesday, July 22, 2008

1st Week

05.07.2008

Danar, Atrid, dan IGN Agung Putradhyana, ST (coordinator Yayasan KAYON Bali) berangkat dari Bandara Adi Sucipto Jogjakarta pukul 21.00 WIB dan mengalami delay selama 30 menit. Penerbangan Jogja-Bali ditempuh selama 1 jam, kemudian kami mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali pukul 23.00 WITA. Kedatangan Danar, Atrid, dan Bli Agung menyusul rekan tim kerja praktek, Rani, yang sudah berada di Bali sejak tanggal 3 Juli 2008.

Danar, Atrid and IGN Agung Putradhyana, ST (coordinator of KAYON Foundation,Bali) departed from Adi Sucipto Airport at 9 PM. Arrived in Ngurah Rai Airport Bali at 11 PM. Our friend, Rani was already in Bali since July 3rd.

06.07.2008

Tiba di Roemah KAYON, Banjar Geluntung Kaja no 23, Desa Geluntung, Kecamatan Marga, Tabanan pada pukul 01.00 WITA dan langsung menempati kamar yang disediakan kemudian beristirahat.

Suhu udara di Desa Geluntung pada pagi hari 20°C dan pada malam hari mencapai 18°C, sehingga cuaca terasa cukup dingin.

(Suasana gotong-royong di Bale Banjar Geluntung Kaja)

(Pembuatan shelter dari bambu dan pembuatan sunari)

Pagi-pagi di sekitar Bale Banjar Geluntung Kaja mulai terlihat kesibukan orang-orang menyiapkan upacara agung yang puncaknya akan dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2008. Terlihat gotong-royong masyarakat banjar dalam mempersiapkan upacara tersebut, sepeti memotong bambu, menganyam daun kelapa, mengupas kelapa, dan ibu-ibu menyiapkan makanan (sumping) dan minuman (kopi susu). Kami mulai melakukan dokumentasi dan wawancara pada warga banjar yang terlibat.

Siang hari, kami berkenalan dengan masyarakat banjar, pemuda (sekehe teruna teruni) , aparat, dan warga desa Geluntung kemudian membicarakan rencana kegiatan kerja praktek kami selama berada di desa ini. Kegiatan utama kami adalah pemetaan (mapping) dan perencanaan (planning) yang dibagi dalam 3 lingkup yang berbeda, antara lain fisik lingkungan, sosial dan ekonomi.

Menjelang malam, Roemah KAYON mulai didatangi muda-mudi dan anak-anak. Kemudian kami berkumpul di ruang tengah. Bli Agung menjelaskan mengenai proyek kami, kegiatan, dan manfaat dari proyek ini. Kami juga berkenalan dengan pemuda-pemudi desa yang tergabung dalam STT (Sekehe Teruna Teruni) dan berkoordinasi dengan mereka dalam menyusun jadwal kegiatan.

(Pertemuan dengan STT)

Kegiatan awal yang akan kami lakukan adalah bersama-sama melakukan survey lapangan pada hari Minggu, 13 Juli 2008. Secara teknis, survey lapangan ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan foto udara dari wikimapia, lalu menggabungkan potongan-potongan gambar dari foto udara tersebut, kemudian dicocokkan dengan kondisi nyata di lapangan menggunakan GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui posisi koordinatnya. Kegiatan pemetaan ini dimulai dari Banjar Umabali dan dilakukan dengan metode trekking agar lebih menyenangkan.

Kebetulan di Roemah KAYON kedatangan tamu seorang arsitek asal California (BALIfornia) bernama Brian yang sedang mengerjakan proyek bamboo sculpture, dan ia menanggapi rencana kegiatan ini secara positif dan exciting.

Many people seems busy in Bale Banjar Geluntung Kaja in the morning, they prepared a big ceremony which peak is on July 26. Each family have to bring a bamboo shaft then mans do cutting the bamboo shaft, plaiting the coconut leaves, shelling the coconut, and womens preparing foods (sumping) and drinks (hot milk coffee). We documented (photo and video) the event and interviewed the people who involved in this event.

Our main job are mapping and planning in Geluntung village and it divided into 3 tasks, which are about physical environment, social, and economic condition and potential of this village.

After midday, we met the youth community/STT (Sekehe Teruna Teruni). Bli Agung explained our program, activity, and benefit of this project. Then we made coordination with STT to arrange the schedule. The first activity is survey together with kids and youngsters around Umabali, it will be held on Sunday July 13th. Technically, in the beginning we collect the aerial photograph of Umabali area from wikimapia.com, then we check the coordinate using the GPS (Global Positioning System). We planned this mapping activity with trekking method, so it will be fun for the participants.




07.07.2008

(Bincang-bincang dengan perangkat Desa Geluntung dan Kelian adat Banjar Geluntung Kaja)

Hari ini kami akan melakukan koordinasi dengan kepala desa / perbekel desa. Oleh karena itu, beberapa jam sebelumnya kami menyiapkan beberapa slide presentasi berupa foto udara Desa Geluntung yang di-download dari citra satelit wikimapia.com.

Pukul 09.00 kami berangkat dari Roemah KAYON menuju kantor kepala desa yang masih memakai sebagian bangunan SD No 2 Petiga. Disana kami berkenalan dengan beberapa perangkat desa, namun kami belum dapat bertemu bapak kepala desa, Bapak Wedra, karena beliau sedang ada rapat di Kecamatan Marga. Kemudian kami berkenalan denga bapak kepala Bimbingan Masyarakat / Bimas desa Geluntung, Bapak Nyoman, dan membicarakan rencana kegiatan kami selama di desa ini. Beliau menyambut baik rencana kami dan siap memberikan dukungan terhadap kegiatan kami.

Kami masih berada di kantor kepala desa sambil melihat data-data eksisting seperti peta sosial desa,rekapitulasi penduduk, dan laporan pertanggungjawaban Perbekel desa yang didalamnya terdapat beberapa data statis yang kami perlukan.

(Suasana kerja di studio Bali KAYON foundation)

Menjelang siang kami kembali ke Roemah KAYON dan melakukan diskusi mengenai kegiatan, output, dan pembagian tugas. Hasil diskusi tersebut diantaranya:

Step-step kegiatan:
1. pengumpulan data dan peta
2. survey lapangan
3. olah data dan peta
4. membuat output

Sedangkan beberapa output yang akan kami hasilkan selama kerja praktek antara lain:
1. kompilasi data
2. album peta
3. poster dan foto
4. movie documenter
5. draft rural design

Waktu sore hari kami gunakan untuk berkumpul dan mengerjakan beberapa hal seperti membuat surat undangan untuk Klian Adat, Pekaseh Subak dan kepala banjar dinas, kemudian menyusun konsep buku kompilasi data dan membaca-baca buku sebagai referensi.

Malam hari, kami bertiga diajak siaran di radio Geluntung FM, sebuah radio komunitas yang didirikan oleh Yayasan KAYON. Keberadaan radio ini sangat membantu untuk memberikan informasi dan mengembangkan kreativitas masyarakat khususnya pemuda. Siaran yang dipandu oleh Puri dan Ayu ini sekaligus dimanfaatkan untuk sosialisasi rencana kegiatan kerja praktek kami di desa ini.

Today we planned to meet the village leader, Mr. Wedra, to inform our project in this village. But, he had not in the office, so we just looking around the office and shared our project plan with the officers. Then we ask to see the existing data, such as citizen’s recapitulation, physical condition and social map.

We went back to Roemah KAYON and discussed about our activities, outputs, and shared the tasks.
Our activity steps are:
1. Collecting data and map
2. Survey
3. Processing data and map
4. Make the outputs
The outputs are:
1. Data compilation
2. Map album
3. Poster and photographs
4. Movie documenter
5. Rural design draft

Puri and Ayu (our friends) asked us to join their radio broadcast in Geluntung FM, a community radio, established by KAYON foundation to improve youth creativity and participation for their village development. In this broadcasting, we also informed the listener about our project in this village for about 2 months.


08.07.2008

Kami mendapat soft copy foto citra satelit Desa Geluntung yang di-download dari wikimapia.com, kemudian kami mulai menggabungkan gambar-gambar tersebut seperti menyusun puzzle. Namun terdapat kendala yaitu beberapa foto masih belum di-download sehingga foto udara Desa Geluntung belum tersusun secara utuh.

(Kubu Siar Geluntung FM 107,00MHz)

Kubu Siar menjadi tempat nongkrong favorit kami setiap malam, dan lagi-lagi malam ini kami diajak siaran oleh Nuning, Puri dan Ayu. Pada siaran kali ini kami mengetengahkan topic mengenai perkembangan kegiatan kerja praktek sampai hari ketiga. Selain itu kami juga diajak sedikit memperkenalkan bahasa Jepang karena dua orang diantara kami (Atrid dan Rani) kebetulan menyukai budaya Jepang. Setalah itu, Rani dan Danar memulai topic baru, yaitu menyampaikan informasi sekilas mengenai prodi Perencanaan Wilayah dan Kota UGM.

We got the aerial photographs of Geluntung village which downloaded from wikimapia.org, and then we arranged them like a puzzle to be a complete image of Geluntung village.

Kubu Siar becomes our favorite hang out place every night. This night we asked (again) to join the radio broadcast with Nuning, Puri and Ayu as the host. In this broadcast, we talked about our activity progress until the third day. Besides, we also introduced the listener to Japanese language and culture, because two of us (Rani and Atrid) are interested to Japanese stuffs. After that, Rani and Danar started a new topic; it was about Urban and Regional Planning program in Gadjah Mada University.



09.07.2008

Pagi ini Bale Banjar Geluntung Kaja sudah ramai karena hari ini akan diadakan upacara adat Netegang Beras dan Pengalang Sasih. Kami pun segera mempersiapkan perlengkapan wawancara dan dokumentasi kemudian bergegas menuju Bale Banjar.

Di Bale Banjar, kami melakukan wawancara Klian Adat, Pemangku, Panitia Karya, Tukang Banten, dan beberapa warga masyarakat. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas masyarakat, yang berkaitan dengan keberadaan ruang-ruang (kawasan) yang digunakan, misalnya ruang yang digunakan untuk mendukung keperluan upacara dan ruang yang digunakan untuk tanaman-tanaman upacara. Pada upacara ini, semua keperluan seperti sesaji dan persembahan harus didatangkan dari desa ini. Oleh karena itu, keberadaan ruang untuk menanam tumbuhan harus dipertahankan. Hal ini dapat menunjukkan keterkaitan antara manusia-aktivitas-ruang yang tidak dapat dipisahkan.

(Persembahyangan di Bale Banjar Geluntung Kaja)

Untuk artikel mengenai upacara ini dapat dilihat dalam posting “Upacara Netegang Beras dan Pengalang Sasih“.

(suasana di luar arena Tajen /Sabung Ayam)

Sore hari, kami diajak Bli Agung ikut berbincang-bincang dengan bapak-bapak ‘tokoh masyarakat’ Desa Geluntung di depan Bale Banjar. Tokoh-tokoh tersebut memiliki latar belakang yang berbeda seperti dari Bappeda Bangli, BPD (Badan Permusyawaratan Desa), warga Banjar Geluntung Kaja, dan Kelian Adat Banjar Geluntung Kaja. Intinya, mereka menyambut baik program kerja praktek kami, yaitu pemetaan batas-batas dan potensi desa, dan mereka siap mendukung kegiatan kami selama disini.

Kemudian kami kembali ke Roemah KAYON, Danar menyelesaikan format surat undangan untuk pertemuan dengan Pekaseh Subak Umabali untuk dikoreksi oleh Koordinator Yayasan KAYON, Atrid mulai capture video dokumentasi, dan Rani masih menyusun potongan-potongan foto udara Desa Geluntung.

Waktu malam hari kami gunakan untuk bersantai di Kubu Siar. Bli Agung mengajak kami untuk belajar bersama dengan memperlihatkan beberapa presentasi mengenai Sustainable Cities, Environment, dan Economic. Dalam diskusi bersama ini Bli Agung menekankan pentingnya keberlanjutan lingkungan hidup dan penggunaan energi alternatif. Beliau mengungkapkan beberapa idenya, salah satunya mengenai pendataan jumlah murid SMP di desa Geluntung, sehingga desa bisa menyediakan sarana transportasi bagi mereka seperti sepeda motor listrik yang menggunakan energi solar cell (seperti sepeda motor yang biasa ia gunakan), agar sejak dini anak-anak tersebut dibiasakan menggunakan energi alternatif yang ramah lingkungan.

There was a traditional ceremony named “Netegang Beras Pengalang Sasih” in bale banjar (sub-village meeting point) Geluntung Kaja. ARD team participate in documentation and interviewing people who are involved in this ceremony, such as Klian Adat (tradition leader), Pemangku, Panitia Karya (event committee) and Tukang Banten (offerings maker). This interview is in order to understand about spaces that related to community or religion activities. For example, spaces that support the religious events (usually it take place near bale banjar or temple, spaces for planting the ceremonial plants, etc. This can show the linkage between man-activities-space which cannot be separated.

For more about the ceremony, Netegang Beras Pengalang Sasih, please read in post “Netegang Beras Pengalang Sasih” (Indonesian version).


10.07.2008

Kami mengunjungi kantor Desa Geluntung untuk mengumpulkan data-data sekunder yang telah dimiliki oleh desa sebagai input awal dalam kegiatan perencanaan yang akan kami lakukan. Data yang kami cuplik antara lain rekapitulasi penduduk dan data monografi sementara.

Selain itu kami juga menunggu kehadiran Perbekel Desa untuk memohon persetujuan undangan pertemuan yang bertujuan untuk sosialisasi kegiatan pemetaan hari Minggu (13/7) di Banjar Umabali. Namun sampai kantor menjelang tutup, Bapak Kepala Desa belum bisa hadir karena ada keperluan.

Kami kembali ke Roemah KAYON dan mengambil alternatif kedua dalam menyampaikan undangan acara pertemuan untuk sosialisasi program pemetaan di Banjar Umabali kepada Pekaseh, Klian Adat, dan Klian Dinas Banjar Umabali, yaitu dengan menyampaikan langsung kepada pihak-pihak yang bersangkutan secara informal. Dalam menyampaikan undangan ini kami dibantu oleh beberapa pemuda desa, yaitu Eka, Komang, dan Nuning.

Undangan kami ditanggapi dengan baik, Bapak Klian Adat dan Klian Dinas Umabali menyanggupi untuk hadir di Roemah KAYON pada hari Jumat (11/7) pukul 10.00 WITA sedangkan Bapak Pekaseh Subak berhalangan hadir karena ada kegiatan upacara adat.

We visited Geluntung Village Office to collect secondary data as first input for planning activities. Besides, we waited the viilage leader, Mr. Wedra, to invite him and public figures in Umabali sub-village to have a meeting in Roemah KAYON. The meeting will be held to inform them about trekking and mapping in Umabali this Sunday (13/07/2008). But until the office closed, he had not come. So we took the second alternative to invite the Umabali sub-village leader, tradition leader and pekaseh subak (leader of subak), we directly invited them one by one. They accepted our invitation, except Pekaseh Subak because he had to attending the traditional ceremony.

11.07.2008

Pukul 07.00 WITA kami mempersiapkan tempat dan perlengkapan untuk pertemuan dengan Perbekel Desa Geluntung, Pekaseh Subak, Klian Dinas dan Klian Adat Umabali. Kami menyiapkan print out foto-foto udara dalam lembaran-lembaran kertas A4 yang kemudian disusun menjadi satu foto udara Banjar Umabali dalam lembaran A1.

Pukul 11.30 WITA, Bapak Klian Dinas Umabali, Pekaseh Subak, Perbekel Geluntung, dan 2 orang STT Banjar Geluntung Kelod telah hadir di Roemah KAYON. Kami membicarakan mengenai rencana pemetaan Banjar Umabali hari Minggu (13/7). Kami akan melibatkan pemuda dan anak-anak dalam pemetaan yang menggunakan metode trekking ini. Kami juga menunjukkan foto udara yang telah kami siapkan. Bapak-bapak tersebut sepakat untuk mendukung kegiatan ini lalu menandatangani foto udara Banjar Umabali yang kemudian akan kami gunakan untuk pemetaan.

Pukul 18.00 WITA, Bendesa Adat datang ke Roemah KAYON, kemudian ikut menandatangani foto udara Banjar Umabali yang pada siang harinya telah ditandatangani oleh para hadirin di pertemuan sosialisasi. Beliau juga menanggapi positif rencana pemetaan dan perencanaan desa partisipatif ini.

12.07.2008

Hari ini dimanfaatkan untuk mempersiapkan segala perlengkapan yang akan digunakan dalam kegiatan pemetaan sekaligus trekking ini. Selain itu kami juga memanfaatkan waktu untuk bersantai dan beristirahat untuk menjaga stamina agar fit pada saat pelaksanaan kegiatan keesokan harinya (13/7).

Perlengkapan yang kami siapkan antara lain foto udara Banjar Umabali (menjadi panduan dasar pemetaan), kompas, GPS (menggunakan fitur GPS yang terdapat pada handphone salah satu teman kami), alat dokumentasi (handycam dan camera digital), serta perbekalan logistik.

Waktu luang kami ini dimanfaatkan untuk belajar mendesain interior ruang studio yang sedang dibangun di Roemah KAYON yang nantinya akan kami gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas sekaligus sebagai ruang display output kerja kami dalam bentuk visual.

Sore hari, seorang teman Bli Agung dari radio komunitas 105,00 FM, Pak Alit datang ke Roemah KAYON, kebetulan beliau adalah salah satu pelaku pariwisata di Bali. Kami pun berdiskusi mengenai konsep dan model pengembangan ekowisata desa dengan beliau. Konsep wisata di kampung-kampung di Bali seharusnya melibatkan masyarakat lokal setempat. Konsep seperti ini yang sedang akan dikembangkan di Desa Geluntung, desa tempat tim melakukan kerja praktek. Dalam mengembangkan konsep ekowisata desa tersebut, Pak Alit tergabung dalam Jaringan Ekowisata Desa (JED) yang telah dikembangkan di kawasan Bali Tengah, Bali Timur, dan Pulau Nusa Ceningan. JED ini berada dibawah naungan Yayasan Wisnu, Bali.