This is an official blog of Adventurer Rural design project (ARD project), a participative village mapping and planning project that held by 3 students of Urban and Regional Planning program of Gadjah Mada University under KAYON Foundation. The project is taking place in Geluntung village, Marga, Tabanan, Bali. Mapping process is participative which involved village apparatus, youths, and kids. All written in this blog is the progress during the practical study.

Wednesday, October 8, 2008

GeluntunGustusan part 1

16.08.2008

Rencana perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Geluntung diawali dengan pertemuan muda-mudi STT di Kubu Siar pada Sabtu malam 9 Agustus 2008. Bli Agung mengumpulkan para pemuda tersebut menggunakan media siaran radio. Alhasil, malam itu Roemah KAYON mendadak menjadi ramai dipenuhi anak-anak dan remaja. Semuanya bersemangat menyusun rencana acara 17an di Desa Geluntung.

Rapat yang diselenggarakan secara informal, santai tapi tetap serius, ini diawali dengan brainstorming mengenai acara dan lomba apa saja yang akan diselenggarakan, setelah itu dilanjutkan dengan materi DOA (duit, orang, alat)oleh Bli Agung. Duit, yaitu sumber dana untuk membiayai seluruh kebutuhan acara, selain itu juga ada sumbangan-sumbangan lain yang berbentuk barang baik yang digunakan dalam lomba maupun sebagai hadiah lomba-lomba tersebut. Orang, yaitu tim panitia secara sukarela menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk kelangsungan acara. Alat, yaitu segala peralatan yang dibutuhkan dalam jalannya acara.

Para pemuda sangat antusias dalam menyusun rencana acara 17 Agustus ini. Terlihat dari banyaknya ide-ide yang dilontarkan oleh mereka malam itu. Tim ARD tidak kalah semangat dengan pemuda-pemudi desa, kami juga ikut melibatkan diri dalam rangkaian kegiatan ini. Inilah rangkaian acaranya:

16 Agustus 2008
• Trekking/jalan santai berkeliling Desa Geluntung
• Lomba Makan Mie
• Lomba ‘Ngejuk Lindung’ (menangkap belut)
• Membuat layang-layang

17 Agustus 2008
• Lomba Futsal
• Layangan cita-cita
• Lomba Junjung Botol
• Lomba Lari Kelereng
• Lomba Lari Karung
• Lomba Dorong Bambu
• Panjat Pinang

Selama 1 minggu sebelum 17 Agustus, panitia mempersiapkan segala kebutuhan acara, seperti alat-alat dan hadiah. Selain itu, panitia juga mensosialisasikan rangkaian acara menyambut hari kemerdekaan ini melalui radio Geluntung FM dan selebaran run-down acara yang sudah disebar di beberapa lokasi strategis, seperti bale banjar, warung, counter pulsa dan toko.

Setelah seminggu persiapan, akhirnya tiba hari H pelaksanaan acara.

Tanggal 16 Agustus 2008 pagi, kami berkeliling menempelkan peta banjar (hasil digitasi tim ARD-red) di setiap bale banjar. Kemudian mengecek rute trekking yang akan dilewati sorenya. Rute trekking yang akan ditempuh tidak lain adalah rute yang pernah kami lalui saat trekking pemetaan. Setelah lokasi trekking fixed, kami menuju ke bale Banjar Kikik untuk mendekorasi lokasi START trekking dan memasang radio pada gelombang 107,00 MHz agar dapat menyiarkan jalannya acara secara langsung (live). Selain menyusun dekorasi, tim ARD juga menyempatkan untuk mengecek jarak dari gapura banjar sampai ke bale banjar dan ujung jalan lingkungan Banjar Kikik.


(menyiapkan peta dan headband)


(memasang START point di bale banjar Kikik)


(mendekorasi bale banjar Geluntung Kaja)

TREKKING / JALAN SANTAI

Menjelang sore hari, sekitar pukul 14.30, bale-bale banjar sudah ramai, masyarakat terlihat antusias mengikuti jalan santai, terutama anak-anak. Mereka berpakaian seragam olah raga lengkap dengan membawa bekal perjalanan seperti air minum dan roti/biskuit. Panitia membagikan ikat kepala/ head band kepada peserta dan nomor untuk door prize.


(membagikan headband dan nomor doorprize)

Pukul 15.00, rombongan dari posisi START (bale Banjar Kikik) memulai perjalanan. Bapak Kepala Desa, I Wayan Wedra, memotong pita untuk menandai secara simbolis dimulainya acara trekking / jalan santai. Rombongan pertama ini jalan menuju bale Banjar Geluntung Kelod dan diteruskan ke Geluntung Kaja. Anak-anak SD membentangkan peta Desa Geluntung (hasil digitasi tim ARD-red) dan membawanya berkeliling desa.


(anak-anak mengarak peta dan mengukur jarak)


Rombongan ini terus bertambah, beberapa warga yang memilih menunggu di depan rumahnya mulai bergabung mengikuti jalan santai. Panas matahari sore tidak mengalahkan semangat mereka untuk menjelajahi desa.


(Pak Kepala Desa tetap semangat mengikuti trekking)

Kemudian rombongan menuju utara, perbatasan Desa Geluntung dengan Desa Petiga, menyeberangi sungai kecil di Tibu Sasah, melewati sawah-sawah, dan tembus di bale Subak Umabali. Dari bale subak, rombongan kemudian berjalan melewati hamparan kebun dan sawah yang luas di Umabali Ancut.



(pemandangan di Alas Perean)

Kemudian rombongan juga melewati Bale Banjar Alas Perean lalu perjalanan diteruskan melewati Pura Bale Agung Umakaang. Pemandangan sore hari di Alas Pere sungguh indah, hamparan sawah yang hijau diterangi sinar matahari sore yang kontras. Setelah melewati pematang sawah, peserta melewati sungai kecil yang kedalamannya mencapai lutut orang dewasa. Oleh karena itu, peserta anak-anak harus digendong oleh peserta dewasa. Rombongan tiba di beji Banjar Kikik kemudian perjalanan berakhir di Setra Lapangan Geluntung Kelod. Di lapangan ini, para peserta trekking beristirahat dan diadakan pengambilan undian door prize.


(istirahat di lapangan setra)


(anak-anak antusias membaca peta)

Diadakannya trekking/jalan santai ini bertujuan agar warga desa Geluntung, tua maupun muda, bisa lebih mengenali desanya sehingga diharapkan nantinya warga desa bisa lebih respect terhadap lingkungan desanya. Selain itu, dalam kegiatan ini, juga disosialisasikan hasil pemetaan tim ARD dengan diaraknya peta desa dan rute yang dipilih adalah batas-batas desa seperti yang pernah dilalui saat trekking pemetaan.


(panitia berpose dengan peta)

LOMBA-LOMBA

Malam harinya, setelah semua membersihkan badan dan istirahat, acara dilanjutkan dengan lomba-lomba. Acara ini diadakan di bale Banjar Geluntung Kaja.


(panitia menyiapkan lomba makan mie)

Lomba pertama adalah lomba MAKAN MIE. Lomba ini diikuti oleh anak-anak laki-laki dan perempuan. Peraturannya, peserta dihadapkan dengan sepiring mie, posisi duduk dan tangan diikat. Yang menjadi pemenang adalah yang terepat menghabiskan sepiring mie tersebut. Uniknya lomba ini adalah mie yang disajikan tidak diberi bumbu, hanya diberi beberapa potongan cabe, sehingga rasanya pedas.


(lomba makan mie anak putra)


(lomba makan mie anak putri)

Anak-anak yang mengikuti lomba ini mengaku tidak menyangka rasanya akan seperti itu, sehingga banyak yang kepedasan. Tapi mereka tetap semangat. Dan karena mie yang disediakan masih sisa, maka peserta lomba ditambah dengan remaja putra.

Setelah lomba makan mie, perlombaan dilanjutkan dengan lomba ’NGEJUK LINDUNG / menangkap belut. Peserta lomba ini adalah para ibu. Lomba dimulai dengan melepaskan belut-belut di tengah bale banjar, kemudian ibu-ibu tersebut menangkap dan mengumpulkannya dalam satu ember. Lomba ini cukup seru karena kesulitan mengangkap belut-belut yang licin dan lincah.


(suasana meriah ibu-ibu mengikuti lomba ngejuk lindung)


(juri menghitung belut yang berhasil dikumpulkan ibu-ibu)

Selesai lomba Ngejuk Lindung, acara dilanjutkan dengan membuat layang-layang oleh anak-anak. Anak-anak laki-laki usia 7-12 tahun yang mengikuti lomba ini terlihat sangat antusias. Mereka membuat layang-layang dengan berbagai bentuk, namun warna tetap sama, merah dan putih. Layang-layang yang dibuat malam itu akan dinaikkan keesokan harinya.

2 comments:

Anonymous said...

Dear all,

thanks for always updating our blog.
Just wanna tell you all that your recent works stars to influenced peoples from different villages to move on, plan to do their own village mapping and potentialities assessment.

keep up the good spirit,
a!

Atrida Hadianti said...

nice to hear that, bli
i plan to go back to bali soon after i graduate. any project to run there? i'm still excited