This is an official blog of Adventurer Rural design project (ARD project), a participative village mapping and planning project that held by 3 students of Urban and Regional Planning program of Gadjah Mada University under KAYON Foundation. The project is taking place in Geluntung village, Marga, Tabanan, Bali. Mapping process is participative which involved village apparatus, youths, and kids. All written in this blog is the progress during the practical study.

Friday, September 19, 2008

Trekking Geluntung Kaja



10.08.2008

Trekking dan Mapping kali ini mengambil lokasi di kawasan Banjar Geluntung Kaja. Rombongan trekking terdiri dari tim ARD, anak-anak dari Geluntung Kaja serta perwakilan dari STT (Eka, Ngawan, Komeng, Coolin).Kami memulai perjalanan sekitar jam 8 pagi menuju batas Selatan dari Banjar Geluntung Kaja, yaitu wilayah Banjar Geluntung Kelod. Pengambilan koordinat pertama dilakukan di batas rumah antara Banjar Geluntung Kaja dan Geluntung Kelod.


(memulai perjalanan)

Trekking kemudian dilanjutkan dengan mnyusuri jalan utama Desa Geluntung menuju ke arah Utara. Rombongan lalu berbelok ke arah Gang Tua untuk mencatat koordinat di kawasan tersebut. Kami lalu melanjutkan pencatatan pada titik triangulasi di depan Pura Puseh. Banjar Geluntung Kaja termasuk satu dari lima banjar yang ada di Desa Geluntung, dengan penduduk 626 jiwa. Jumlah tersebut meliputi KK Adat sebanyak 150 KK dan KK Dinas sebanyak 182 KK.


(titik triangulasi)

Perjalanan selanjutnya berfokus pada titik-titik koordinat di sepanjang Jalan Wisnu-Marga yang masih masuk dalam wilayah Desa Geluntung. Kami pun tiba di Bale Subak Buluh dan segera melakukan pencatatan koordinat serta melakukan wawancara singkat bersama Pekaseh yang bersangkutan mengenai rincian pembagian air di subak tersebut. Di sepanjang perjalanan kami banyak menjumpai pembagi air seperti di Bale Subak Buluh. Kami juga sempat menyaksikan gerombolan burung Kokokan yang sedang mencari makan di areal persawahan yang sedang dibajak.


(jalan Wisnu-Marga)


(di pembagi air Subak Buluh)


(rombongan burung kokoan)


Penyusuran koordinat di sepanjang Jalan Wisnu-Marga berakhir di Pal Batas serta Pelinggih di batas Desa geluntung dengan Desa Petiga. Konon Pelinggih di wilayah itu didirikan sebagai pengganti pohon Pole besar yang pernah tumbuh di sana. Kami lalu berbalik arah dan menyusuri area persawahan Geluntung Kaja yang berbatasan dengan Umabali. Kami semua menyusuri pematang area persawahan dan turun menuju Tibu Sasah. Beberapa dari anggota rombongan menyempatkan diri minum dari selang kecil yang dipasang pada pipa air di lokasi Tibu Sasah, sementara anak-anak kecil bermain dan menyeberangi aliran sungai yang saat itu tidak terlalu deras. Sembari menuruni tebing kecil di menuju Tibu sasah, kami juga melakukan pengukuran ketinggian secara manual dengan bantuan alat ukur berupa meteran. Pengukuran manual menunjukkan selisih ketinggian dari tebing atas menuju tibu sebesar 5, 8 meter. Hasil pengukuran manual ini akan digunakan sebagai komparasi/pembanding data ketinggian dari GPS Nokia Navigator. Pencatatan dilanjutkan dengan mengukur debit air dari beji di Tibu Sasah tersebut. Ternyata aliran air di beji tersebut menyimpan total potensi air sebesar 394 mL per detik.


(minum di pipa)


(Tibu Sasah)


(pengukuran debit air di beji)

Pencatatan koordinat dilanjutkan ke jembatan yang menjadi batas Desa Geluntung dengan Desa Marga. Menjelang tengah hari rombongan beristirahat di Warung Bu Bagus sembari mengisi perut. Pemberhentian ini juga dimanfaatkan untuk penandatanganan peta sebagai bukti keikutsertaan dalam proses trekking dan pemetaan (maping).


(klian dinas banjar Geluntung Kaja menandatangani peta trekking)


(istirahat di warung Bu Bagus)

Setelah selesai beristirahat, perjalanan lalu dilanjutkan ke arah batas selatan Banjar Tua. Perjalanan hari itu berakhir menjelang sore hari di halaman belakang Rumah Kayon.

2 comments:

Anonymous said...

great. kok terus ARD.
Salut. kalian connected n consistent.
Saya agak 'sibuk' belakangan. terutama karena harus tega mengurusi kepentingan sendiri hihihi...
tunggu posting revive moffice ;-)
sayang kalian tidak sempat memanfaatkannya waktu yang lalu.
This is not the end isn't it?

Peace,
a

Anonymous said...

maju terus...keisengan adik adik semua yangtelah menuai hal yang sangat serius,,,,,kami tunggu kedatangannya di pupuan..untuk kopinya...so we can say,,,,If your coffee must be black as hell,strong as death and sweet as love should be PUPUAN coffee.
bali masih perlu orang orang seunik kalian...